This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Friday 5 June 2015

Cryptosporidium sp

Cryptosporidium sp



Cryptoporidium sp menyebabkan penyakit Kriptosporodiosi.
Protozoa ini pertama kali ditemukan didalam lambung dan usus halus tikus oleh Tyzzer (1907). Semenjak itu Cryptoporidium sp telah diidentifikasi dari 170 spesies binatang, termasuk ayam, kalkun, babi, kuda, domba, anjing, tikus liar, burung, ikan, reptile. Dua laporan yang pertama mengenai infeksi pada manusia yaitu pada tahun 1976, yang menyerang anak berusia 3 tahun dengan keadaan immunocompetent dan orang dewasa dengan immunocompromised. Dari tahun 1976 sampai tahun 1982, kejadian infeksi pada manusia jarang dilaporkan. Pada tahun 1982 dalaporkan kejadian infeksi yang disebabkan meningkat drastic setelah diketahui criptosporodiosis infeksi opportunistic yang terjadi pada penderita AIDS.
Protozoa ini mempunyai siklus hidup yang kompleks melibatkan dari silus hidup seksual(Sporogoni) dan aseksual(Scyzogoni), tapi tidak memerlukan vector perantara ia mampu menyelesaikan siklus hidupnya dalam satu hospes. Ookista merupakan stadium infektif . Oosista keluar keluar dari tubuh hospes melalui feses.
Taksonomi
Kerajaan : Protista
Filum : Apicomplexia
Kelas : Sporozoasida
Ordo : Eucoccidiorida
Famili : Cryptosporidiidae
Genus : Cryptosporidium

Spesies : Cryptosporidium parvum (terdiri dari dua genotype,yaitu genotip 1 menyerang
Manusia,Serta Genotype 2 yang menyerang manusia,lembu dan mamalia lainya),
Cryptosporidium homnis (Pada manusia) Cryptosporidium baileyi (pada burung), Cryptosporidium felis (pada kucing),Cryptosporidium muris (pada ikan dan lembu), Cryptosporidium nasorum(pada ikan), Cryptosporidium serpentitis ( pada ular ),Cryptosporidium wrairi ( pada babi)
Ciri Morfologi
Cryptosporidium sp terdiri dari banyak spesiek tapi yang paling pathogen yaituCryptosporidium parvum yang menyebabkan diare kronis dan muntah
menyebabkan diare (kebanyakan kronis). Dalam siklus hidupnyaCryptosporidium sp mengalami beberapa kali perubahan bentuk (Stadium).
Berikut ini ciri morfologi :
-Sporozoit mempunyai bentuk seperti pisang dimana bagian anteriornya meruncing dan bagian posteriornya membulat.
-Gametosit dan skizon ukuran 2-4 mikro meter diproduksi dalam siklus hidupCryptosporidium parvum ,tapi jarang ditemukan pada feses manusia.
-Ookista Biasanya berbentuk bulat, berdiameter 4 - 6 um mengandung 4 sporozit yang tidak terlalu terlihat,refraktil, terdiri 1-8 granula yang menonjol dan dilapisi dua dinding tebal. Ookista resisten dan sangat resisten terhadap proses klorinasi tapi dapat mati dengan teknik pemasakan konvensional.

Distribusi Penyakit
Cryptosporidium sp tersebar diseluruh dunia(Kosmopolit). Ookista nyaditemukan pada spesimen tinja manusia di lebih dari 50 negara di enam benua. Di negara maju seperti AS dan Eropa, prevalensinya kurang dari 1 – 4.5 % dari hasil survei pemeriksaan tinja. Di negara berkembang, prevalensinya sangat tinggi berkisar antara 3 – 20 %. Anak-anak usia dibawah 2 tahun, mereka yang merawat binatang, pelancong, kaum homoseksual dan mereka yang kontak erat dengan orang-orang yang terinfeksi (keluarga, petugas kesehatan dan perawat di rumah penitipan anak) biasanya lebih mudah tertulari. KLB dilaporkan terjadi di tempat penitipan anak hampir diseluruh dunia. KLB juga di sebabkan oleh air minum yang tercemar (setidaknya 3 KLB besar yang pernah dilaporkan berkaitan dengan fasilitas air minum untuk umum); penularan dapat terjadi di tempat rekreasi yang menggunakan air seperti "waterslide", kolam renang dan danau; cuka apel yang tidak dipasturisasi yang terkontaminasi dengan kotoran sapi, pernah dilaporkan sebagai penyebab infeksi.
Cara Penularan
Infeksi penyakit ini dari bahan yang terkontaminasi seperti tanah, air, makanan yang tidak dimasak atau kontak dengan kotoran manusia atau hewan yang terinfeksi.Cara penularan melalui rute orofekal, yaitu penularan dari orang ke orang, dari binatang ke orang, melalui air dan penularan melalui makanan. Hal ini terutama terjadi diantara mereka yang biasa kontak dengan air tawar saat berenang. Tingginya resistensi oocysts Cryptosporidium terhadap disinfektan seperti khlor memungkinkan mereka untuk bertahan hidup dalam jangka waktu yang lama dan masih dalam kondisi siap menginfeksi Parasit menginfeksi sel epitel saluran pencernaan dan parasit memperbanyak diri mula-mula dengan cara schizogony, diikuti dengan siklus seksual dengan membentuk ookista dan dapat ditemukan pada tinja. Ookista dapat hidup di lingkungan yang jelek dalam waktu yang lama. Ookista sangat resisten terhadap desinfektan kimia yang digunakan untuk menjernihkan dan disinfeksi air minum. Sekali waktu siklus autoinfeksi bisa terjadi pada manusia.
Siklus Hidup
Ookista yang telah mengalami sporulasi, terdiri dari 4 sporozoit, dikeluarkan melalui feses organism yang terinfeksi dan mungkin mengalami rute yang lain seperti melalui sekresi saluran pernafasan (1). Transmisi dari Cryptosporidium parvum dan Cryptosporidium hominis umumnya terjadi melalui kontak dengan air yang telah terkontaminasi. Banyak wabah yang terjadi di Amerika Serikat terjadi di taman air, kolam renang, dan pusat pelayanan umum (2). Setelah tertelan(dan mungkin terhirup) oleh hospes (3) eksistasi terjadi (a). Empat sporozoit dikeluarkan dari tiap ookista,menembus epithelial (b,c) usus dan jaringan lain seperti saluran pernafasan. Sporozoid akan berkembang menjadi tropozoit. Kemudian mengalami multiplikasi aseksual (skizogoni atau merogoni) (d,e) yang menghasilkan meront tipe I. merozoit yang dihasilkan meron tipe satu dapat mereinfaksi sel dan mengulang kembali siklus asekseual atau menginfeksi sel dan berkembang menjadi meront tipe II (f). Tiap meron tipe II akan membesaskan 4 merozoit. Diyakini hanya merozoit tipe II inilahyang mengalami multiplikasi seksual (gametogoni) menghasilkan mikrogametosit(g) dan makrogametosit(h). Mikrogamet keluar dari mikrogametosit akan membuahi makrogamet yang keluar dari makrogametosit dan menghasilkan zigot (i). Sekitar 80% zigot akan berkembang menjadi ookista berdinding tebal (j) dan 20% zigot berkembang menjadi ookista berdinding tipis (k). Ookista akan bersporulasi (berkembang menjadi sporozoit yang infektif). Keluarnya sporozoit dari ookista yang berdinding tipis akan menyebabkan autoinfeksi. Sementara ookista berdinding tebal akan keluar melalui feses dan apabila tertelan akan segera menginfeksi.
Patogenesis
Cryptosporidium sp terutama pada spesies Cryptosporidium parvum(spesies yang paling patogen) menyebabkan cryptosporidiosis yaitu penyakit Zoonosis yang sering menimbulkan gangguan gastroenteritis. Penyakit ini ditularkan secara fekal oral. Berbagai jenis mamalia, unggas, reptile, ikan, dapat bertindak sebagai sumber infeksi.
Criptosporidium melekat padaa mikrovili usus halus atau hidup bebas pada kripta mukosa usus menyebabkan malabsorpsi dan diare akibat kerusakan bagian mukosa. Pada orang yang memiliki kekebalan tubuh penyakit tidak terlalu parah dan bisa sembuh sendiri kerena system imun dapat melawan infeksi. Sedangkan pada penderita penderita immunodefisiensi panyakit ini dapat menjadi parah karena sistem imunnya yang rusak.
Ketika Cryptosporidium menyebar ke luar usus karena penyakit ini dapat menjadi dominan akibat tubuh kekurangan imun pada pasien AIDS, mereka dapat mencapai paru-paru, telinga, pankreas, dan bagian perut lainnya. Parasit dapat menulari biliary tract (sekitar lever), menyebabkan biliary cryptosporidiosis. Hal ini menyebabkan cholecystitis dan cholangitis.
Pada usus :
Mekanisme cryptosporidiosis menyebabkan diare pada manusia belum spenuhnya dapat dimengerti. Namun danya kegagalan absorbsi dan meningkatkan sekresi usus halus banyak dijumpai pada kasusu-kasus tersebut.
Adhesi/invasi dari merozoit/sporozoit Cryptosporidium parvum kemembran apical dari sel epitel usus meransang sel epitel usus untuk memproduksiprostaglandin shyntase, IL-8, dan TNF-ά .Adanya sel polymerase (oleh IL-8), aktifasi makrofag (oleh TNF-ά),diproduksinya prostaglandin (olehprostaglandin shyntasei) dan perubahan fungsi ion diperkirakan merangsang sekresi usus untuk merespon infeksi seluler terhadap Cryptosporidium parvum.Infeksi seluler juga pendataran dan juga bersatunya villi usus, merupakan kemungkinan kedua yang terjadi pada infeksi sel dan atau dalam respon imunologi seluler. Gambaran ini berhubungan dengan malabsorpsi, dan akan memperberat diare. Sebagai tambahan, adanya proses-proses apoptosis sel-sel yang mati dan enteric nervous system juga member peranan terhadap patofisiologi diare ini.
Pada gambaran histopatologi menunjukan adanya atropi villi, hyperplasia krypta, dan infiltrasi ringan sampai sedang ( biasanya sel plasma atau netrofil tetapi dapat juga makrofag dan liphosit) pada lamina propria.
Pada Saluran Empedu
Walaupun gambaran klinis dan radiologi dari billiary cryptosporidiosi telah dapt diketahui, namun patogenitas sepenuhnya belum dapat sepenuhnya dimengerti. Gambaran histopatologi yang diperoleh dari biopsy ampulla vateri menunjukan menunjukan infiltrasi submukosa, inflamasi periductus dengan oedema interstisial, infiltrasi neutrofil dan hyperplasia/dilatasi kelenjar periduktus.
Pada Saluran Pernafasan
Patogenitas dari respiratory cryptosporidiosis juga masih belum dimengerti.respiratory cryptosporidiosis melibatkan trakea, bronkus, dan jarang melibatkan parenkim paru, dapat ditemukan pada penderita immunosuppressed dengan gagal nafas. Dari tahun 1983 sampai 1996 diperkirakan ada 13 kasusrespiratory cryptosporidiosis yang hanya melibatkan region tracheobroncial atas. Cryptosporidium sp yang dideteksi secara mikroskop diparenkim paru hanya dua kasus, satu kasus yang diderita oleh penderita AIDS dan penderita lain dengan acute nonlymphatic leukemia.
Diagnosis
Dalam kondisi normal, infeksi dengan parasit ini hanya menimbulkan gejala kriptosporidiosis yang ringan. Pada penderita imunokompeten keluhan dan gejala dapat berupa enteritis ringan, diare cair tidak lebih dari 10 kali sehari,dengan tinja tidak berdarah dan tidak berlendir. Umumnya penderita juga mengalami demam ringan, malaise, mual, mutah, kejang perut, dan berat badan menurun. Penyakit akan sembuh sendirinya dalam waktu 2-10 hari.
Pada penderita imunodefisiensi(misalnya penderita AIDS) yang terinfeksi dapat menyebabkan diare berat mirip diare kolera sebanyak sampai 70 kali seharidengan pengeluaran cairan lebih dari 10 liter per hari yang berlangsung berbulan-bulan. Penderita mengalami malabsorpsi berat, gangguan keseimbanagan cairan, berat badan menurun cepat dan terjadi limfadenopati. Pada immunodefisiensi demam jarang terjadi.
Untuk memperoleh diagnosis yang akurat perlu dilakukan pemeriksaan di laboratorium. Pemeriksaan mikroskopis pada tinja penderita menunjukkan adanya ookista parasit yang khas bentuknya. Pemeriksaan hitologis atas biopsi mukosa dengan menggunakan modifikasi ABF (Acid Fast Staining) atau pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop fluoresen,menunjukan adanya parasit dalam jaringan . Deteksi dengan pewarnaan antibody monoclonal dapat memperkuat diagnosis. Pemeriksaan serologis misalnya dengan ELISA (Enzym Linked Immunosorbant assay), Immunofluorescens Antibody Technique(IFAT0 serta deteksi IgG dan IgM dalam membantu menetapkan diagnosis.
Terapi dan Pengobatan
Tidak ada obat yang bisa diandalkan untuk pengobatan radang usus cryptosporidium. Obat tertentu seperti paromomycin, atovaquone, nitazoxanide, dan azithromycin kadang-kadang digunakan, tetapi biasanya hanya memiliki efek sementara. Kesulitan ini terutama terjadi untuk orang dengan penyakit parah dan sistem kekebalan yang lemah.
Pengobatan bisa manjur pada tahap awal penyakit. Cairan-cairan perlu terus diganti secara oral (banyak minum). Dalam situasi langka, cairan darah mungkin diperlukan. Antibiotik biasanya tidak bermanfaat, dan kekambuhan ulang sering terjadi.
Pada immunokompeten (imun sehat)
Mayoritas individu dengan immuno-kompeten mengalami penyakit ini dalam waktu singkat (kurang dari 2 minggu) yang membutuhkan perawatan dengan pencegahan pada dehidrasi yaitu banyak minum air dan kadang-kadang menggunakan obat anti-diarrhoeal. Nitazoxanide adalah salah satu obat yang telah disetujui FDA (badan obat-obatan USA) untuk digunakan pada orang dengan immunocompetent untuk memerangi diare. Spiramycin dapat membantu memperpendek lama diare pada anak-anak.
Pada immunocompromised (imun rendah)
Pada immunocompromised seperti pengidap AIDS, penyembuhan penyakit cryptosporidiosis berjalan lambat atau bisa juga tidak dapat disembuhkan sama sekali. Sering menyebabkan kondisi parah dan permanen terutama dalam bentuk diare berair yang digabungkan dengan menurunnya kemampuan usus untuk menyerap gizi. Hasilnya adalah penyakit akan semakin parah : dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, kekurangan gizi, kekurangan tenaga, dan akhirnya mati. Spiramycin dapat membantu dalam merawat pasien diare yang sedang dalam tahap awal AIDS.
Tingkat kematian bagi pasien yang terinfeksi AIDS pada umumnya didasarkan pada jumlah CD4; pasien dengan CD4 lebih dari 180 sel / mm ³ umumnya sembuh dengan dukungan dan perawatan dari obat rumah sakit, tetapi pasien dengan CD4 di bawah 50 sel / mm ³, efeknya biasanya fatal dalam tiga sampai enam bulan. Kasus (langka) : seorang pasien AIDS dari Iran yang telah mengalami pulmonary cryptosporidiosis selain cryptosporidiosis usus, pemberian azithromycin dan paromomycin membantu menghapus infeksi dari tubuhnya.
Saat ini, pendekatan yang terbaik adalah bagaimana meningkatkan status kekebalan pada pasien dengan immunodefisiensi. Probiotic Saccharomyces boulardii dijual melalui apotik-apotik dan toko-toko kesehatan (dengan nama merek obat Florastor di Amerika Serikat dan DiarSafe di Inggris) telah ditemukan untuk menjadi bermanfaat dalam perawatan diare dan gejala penyakit lainnya termasuk cryptosporidium. Parenteral octreotide asetat dapat membantu menurunkan jumlah kotoran yang keluar.
Cara -Cara Pemberantasan.
1.Cara pencegahan:
-Berikan penyuluhan kepada masyarakat tentang cara-cara menjaga kebersihan perorangan.
-Membuang tinja pada jamban yang saniter, hati-hati dalam menangani kotoran manusia atau binatang.
-Mereka yang kontak dengan anak sapi atau binatang lain yang terkena diare sebaiknya segera mencuci tangan dengan seksama.
-Rebus sampai mendidih air minum selama 1 menit; disinfeksi dengan bahan kimia tidak efektif melawan oocyst. Hanya filter yang dapat menyaring partikel dengan diameter 0,1 – 1 µm yang bisa di gunakan untuk menyaring oocyst.
-Pindahkan orang yang terinfeksi dari pekerjaan menangani jenis bahan makanan yang tidak segera akan dimasak.
-Pisahkan anak yang menderita diare dari tempat penitipan anak hingga diare sembuh.
2.Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar.
-Laporan kepada instansi kesehatan setempat; kasus dilaporkan ke instansi kesehatan setempat dengan cara yang paling praktis, kelas 3B (lihat tentang pelaporan penyakit menular).
-Isolasi : bagi penderita yang dirawat di Rumah Sakit, lakukan tindakan kewaspadaan enterik dalam menangani tinja, begitu juga terhadap muntahan dan sprei serta sarung bantal dan baju yang terkontaminasi; orang yang terinfeksi tidak diijinkan menangani makanan dan merawat pasien yang dirawat di Rumah Sakit dan tidak diperkenankan merawat pasien yang dirawat di tempat spesifik; penderita asimptomatik yang bekerja pada bidang pekerjaan yang sensitif tidak diijinkan lagi bekerja sampai mereka sembuh. Tekankan tentang pentingnya kebiasaan mencuci tangan dengan benar.
-Disinfeksi serentak: dilakukan terhadap tinja dan barang-barang yang terkontaminasi dengan tinja. Pada masyarakat modern dengan sistem jamban saniter, tinja dapat dibuang langsung ke saluran pembuangan tanpa perlu di disinfeksi. Lakukan pembersihan terminal. Disinfeksi dapat dilakukan dengan pemanasan hingga 450 C (1130F) selama 5 – 20 menit, 600 C (1400 F) selama 2 menit atau disinfeksi kimia dengan 10 % cairan formalin atau 5 % ammonia, cara-cara tersebut cukup efektif.
-Investigasi kontak atau sumber infeksi: Lakukan pemeriksaan mikroskopis terhadap tinja anggota rumah tangga dan kontak lain yang dicurigai, terutama orang-orang tanpa gejala. Terhadap mereka yang kontak dengan hewan ternak dan binatang peliharaan diharuskan juga untuk dilakukan pemeriksaan. Jika dicurigai penularan terjadi melalui air, penyaringan air dalam jumlah sampel yang besar dapat dilakukan untuk melihat adanya oocyst pada air.
-Pengobatan spesifik : Tidak ada pengobatan spesifik untk kriptosoridiosis selain rehidrasi, jika diperlukan, rehidrasi telah terbukti efektif; pemberian antibodi pasif dan antibiotik saat ini sedang dalam penelitian. Mereka yang dalam pengobatan dengan obat imunosupresif, sebaiknya menghentikan pengobatan itu untuk sementara atau mengurangi dosisnya jika memungkinkan.
3.Penanggulangan wabah
Untuk menanggulangi wabah perlu dilakukan Investigasi epidemiologis terhadap kasus yang berkelompok yang terjadi pada suatu daerah atau institusi tertentu untuk mengetahui sumber infeksi dan cara-cara penularannya; selidiki kemungkinan sumber penularan "Common source", seperti sarana rekreasi air, air minum, susu mentah atau makanan atau minuman yang potensial tercemar dan lakukan upaya pencegahan dan pemberantasan yang mudah di terapkan. Upaya untuk mencegah penularan dari orang ke orang atau dari binatang ke manusia menekankan pada upaya kebersihan perorangan dan pembuangan tinja yang saniter.

:santovi

Share:

MEDIA Bag 2 (Bakteriologi)

Selektif dan Diferensial Media
Media Perbenihan yang dapat digunakan untuk memisahkan koloni satu jenis bakteri dari koloni-koloni lain serta dapat memberi ciri yang khas untuk bakteri golongan tertentu. Dibawah ini adalah contoh dari selektif dan differensial media:
Blood Agar Plate (BAP)
Kegunaan : Untuk isolasi dan pertumbuhan berbagai macam mikroorganisme,terutama
yang phatogen dan menetapkan bentuk hemolisa dari bakteri-bakteri tersebut.
Prinsip kerja : Media kultur ini kaya nutrient yang menyediakan kondisi pertumbuhan yang optimal untuk semua mikroorganisme yang relefan.Ph 6,8 menstabilkan sel darah merah dan menyokong bentuk zona hemolisa yang jelas. Darah kambing yang di defibrinasi yang segar adalah yang paling cocok untuk menentukan bentuk hemolisis.
Kandungan : Nutrien substrat (ekstrak hati dan pepton), NaCl, Agar-agar, Darah kambing
Cara Kerja :
  1. Suspensi bakteri ditanam dengan cara goresan sejajar pada empat kudaran media.
  2. Inkubasi 24 jam suhu 370C
  3. Lihat ciri-ciri koloni.
  4. Koloni (ingin diperiksa) yang terpisah dapat digunakan untuk pemeriksaan lanjut.
Cara pembuatan
Larutkan 40 g/L, autoclave (min15 pada suhu 1210C) didinginkan sampai suhunya 45-500C tambah darah yang di defibrinasi campurkan. PH 6,8 ± 0,2 pada suhu 250C
Sebelum penambahan darah, media berwarna bersih coklat kekuning-kuingan, darah berwarna merah dan tidak hemolisis.
Bakteri hemolisa B : S.aureus, S.pyogenes, B.cereus,Cl. Perfringen
Bakteri hemolisa a : K. penumonia
Media selektif bersifat umum untuk bakteri gram positif dan gram negative.
Gambar : BAP yang ditumbuhi bakteri. 
Mac Conkey "M"
Kegunaan : Media selektif dan differensial untuk bakteri gram negative batang
Prinsip kerja : Garam empedu dan Kristal violet menghambat pertumbuhan bakteri gram positif. Laktosa dan PH indicator merah netral digunakan untuk mendeteksi penurunan laktosa (bakteri yang dapat memfermentasikan Laktosa atau tidak)
Kandungan : Pepton dari kasein, pepton dari daging, NaCl, campuran garam empedu, merah netral, Kristal violet, agar-agar.
  1. Suspensi bakteri ditanam dengan cara goresan sejajar pada empat kudaran media.
  2. Inkubasi 24 jam suhu 370C
  3. Lihat ciri-ciri koloni.
  4. Koloni (ingin diperiksa) yang terpisah dapat digunakan untuk pemeriksaan lanjut.
Cara pembuatan:
Larutkan 50g/L, autoclave 15 menit 1210C, tuangkan pada plate, PH 7.1 ± 0.2 pada suhu 25 0C
Gambar : Mac Conkey agar plate yang ditumbuhi bakteri.
Manitol Salt Agar (MSA)
Kegunaan : Madia selektif dan differensial media bersifat yang bersifat khusus (bakteri tertentu),untuk mendeteksi bakteri Staphylococcus petogen ( S. aureus)
Prinsip kerja : Hanya mikroorganisme yang tahan terhadap garam yang dapat tumbuh pada media ini, karena konsentrasi garamnya yang tinggi.Penurunan dari manitol, warna berubah dari merah menjadi kuning penanda Staphylococcus yang phatogenic s. aureus( koloni kecil )
Kandungan : Pepton, ekstrak daging, manitol, sodium klorida, manitol, phenol red,agar2.
Hasil Positif (tersangka) : koloni kecil warna media di sekotar koloni berubah dari merah menjadi kuning.
Cara Kerja :
  1. Suspensi bakteri ditanam dengan cara goresan sejajar pada empat kudaran media.
  2. Inkubasi 24 jam suhu 370C
  3. Lihat ciri-ciri koloni.
  4. Koloni (ingin diperiksa) yang terpisah dapat digunakan untuk pemeriksaan lanjut.
Cara pembuatan
Larutkan 108 g/L autoclave (15 menit pada suhu 121 0C),tuang pada plate PH 7.4 ± 0.2 pada suhu 25 0C.
Staphylococcus aureus mampu memfermentasikan media ini(merah menjadi kuning).
Gambar : MSA agar yang ditumbuhi bakteri yang dapat mefermentasikan manitol,
TBX
Kegunaan : Media selektif khusus untuk bakteri E. coli
Gambar : TBX yang di tumbuhi bakteri E. coli
TCBS (Thiosulfate Citrat Bile Sucrose agar)
digunakan untuk isolasi dan pertumbuhan selektif dari Vibrio cholera dan vibrio enterophatogenic yang lain.
Prinsip kerja :konsentrasi thiosulfat dan citrate dan dan kuatnya alkalinitas dari media ini sebagian besar menghambat pertumbuhan enterobactericeae. Empedu lembu jantan dan coklat terutama menekan enterococci. Beberapa bakteri colifirm, yang mungkin bisa tumbuh tidak metabolisme sucrose. Hanya sedikit strain proteus yang sucrose positif ddapat tumbuh berwarna kuning seperti koloni Vibrio.Pencampuran indicator bromothymol-biru menubah warna menjadi biru, kemudian asam dibentu meskipun di media yang alkalinitasnya kuat.
Kandungan : pepton dari kasein, pepton dari daging, ekstrak yeast, NaCl, sucrose, sodium chloride, empedu lembu jantan,sodium choklate,iron (III) citrat
Agar-agar.
Pembuatan :
Larutkan 88g/L dan tuangkan ke plate.
Jangan diautoclave PH 8.6±0.2 pada suhu 25 0C.
Gambar : TCBS yang ditumbuhi bakteri V. cholera 
SS( Shalmonella Shigella)
Kegunaan : Untuk isolasi salmonella dan shigella.
Prinsip kerja : Briliant green,dan empedu lembu jantan dan konsentrasi tinggi thiosulfat dan citrate sebagian besar menghambat mikroba yang mengiringi.sulfida yang diproduksi dideteksi dengan penggunaan thiosulfation dan besi. Keberadaan bakteri coliform ditetapkan oleh deteksi penurunan laktosa ke asam dengan Ph indicator merah netral.
Kandungan : pepton ,laktosa, empedu lembu jantan, Nacitrat, natrium thiosulfat, ammonium besi (III) ctrat, brilliant green, netral re, agar-agar.
Pembuatan : larutkan 60g/L secarar sempurna,tuangkan kedalam plate.
Jangan autoclave PH 7.0±0.2 pada suhu 25 0C.
SPS( Sulfite Polimyxin sufadiazine )
Kegunaan : Untuk isolasi dan perhitungan clostridium perfringen dan clostridium perfringen semua tipe dari bahan makanan.
Prinsip kerja : Sulfite polymixin Sulfadiazin Agar berisi nutrient yang spectrum nya luas.Sulfit direduksi sebagian besar clostridium(termasuk Cl. Perfringen) menjadi sulfide,yang bereaksi dengan besi citrate dan menyebabkan koloni berubah menjadi hitam. Mikroorganis me lain yang dapt mereduksi sulfit di tekan oleh polymixin dan sulfadiazine.
Kandungan : Pepton dari kasein, ekstrak yeast, besi (III) citrate, sodium sulfat, polimixin B sulfate, sodium sulfadiazine, agag-agar.
Cara pembuatan : Larutkan 40g/ liter autoclave ( 15 menit 121 0C) PH 7.0±0.2 pada suhu 25 0C. pertumbuhan dari clostridia yang sensitive sulfit yang juga di pelihatkan
BK (Brusella Kanamisin)
Kegunaan : Untuk media selektif khusus untuk bakteri Clostridium,dengan penambahan Disk Obat Metronidase.
*Clostridium sensitive dengan metronidase.
Cetrimide
Untuk isolasi dan difrensiasi pseudomonas aerogenosa dari berbagai Janis bakteri lainya.
Prinsip kerja : Cetrimide sebagian besar menhambat pertumbuhan bakteri yang yang mengiringi pertumbuhan Ps. Aerogenosa.Konsentrasi ).3g/L menhambat bakteri yang mengiringi dengan memuasakan dan meminimalkan gangguan terhadap pertumbuhan Ps. Aerogenosa.Produksi pigmen tidak dihambat sewaktu tumbuh pada media ini.Warna pigmen kuning-hijau.
Kandungan : Pepton dari gelatin, magnesium klorida, potassium sulfat, ccetrimide, agar-agar.
Cara pembuatan :
Laruutkan 44.5 g/L tambah 10 ml gliserol/L,autoclave (15 menit 121 0C)tuangkan ke plate.PH 7 .0±0.2
Gambar : Cetrimide yang ditumbuhi bakteiri Pseudomonas aerogenosa.
KF Streptococccus
Kegunaan : Media selektif Sterptococcus spesies Enterococci .Untuk deteksi dan penghitungan enterococci.
Prinsip kerja : Maltose dan dan lactose di metabolism sebagian besar enterococci dengan dengan produsi asam dan jadi menignkatkan pertumbuhan bakteri ini,mikroorganisme yang tidak diinginkan sebagian besar ditekan sodium acid. Bentuk asam dideteksi oleh bromcresoll ungu dengan perubahan warna ke warna media menjadi kuning. Enterococci menurunkan TTC memberi fomazan merah dan jadi terlihat sebagai koloni yang berwarna merah.
Kandunan : Proteose pepton, extrack yeast, sodiumclorida, sodium glicerolphopat, maltose, lactose, sodiumacid, bromocresol purple, agar2, triphenil tetrazolium acid.
Hasil positif (tersangka) : enterococcus faecalis, E.hirae dan E. eqiunus koloni berwarna merah dengan zona kuning disekitar koloni.
Cara pembuatan :
76,4 gram dilarutkan dalam 1L aquadest kemudian sterilkan dengan autoclave 121 0C selama 5 menit.Kemudian ditambah Triphenil tetrazolium Clorid 1%(1ml/100 ml larutan) ketika suhu 50C. Tuang di petridish.
Gambar : KF treptococci yang di tumbuhi enterococci.
Baird Parker
Kegunaan : untuk isolasi dan penghitungan Staphylococcus aureus pada makanan dan bahan pharmasi menurut BAIRD PARKER (1962)
Prinsip kerja : Media ini berisi Lithium clorida dan tilurit untuk menghambat pertumbuhan mikroba yang mengiringi, sementara sementara pyruvat dan glysin merangsang pertumbuhan staphylococcus.
Koloni staphylococcus memperlihatkan dua karakteristik utama ketika tumbuh pada medium gelap(gelap karena berisi kuning telur)
  1. Karakteristik zona dan cincin di bentuk sebagai hasil dari lipolysis dan proteulisis.
  2. Reduksi dari tellurit ke tellurium membentuk warna hitam.
Reaksi kuning telur dan reduksi tellurit sering ditemukan terjadi bersama reaksi koagulasi positif dan dapat jadi petunjuk akhir.
kandungan : pepto dari kasein, ekstrak daging, ekstrak yeast, Natrium pyruvat, glysin, lithium kolorida, aga-agar,
Tambahan : kuning telur emulsi tellurit, sulphamethazin (jika di minta)
Cara Kerja :
Suspensi bakteri ditanam dengan car goresan sjajar pada empat kuadaran media.
Inkubasi 24 jam suhu 37 0C
Ciri Koloni :
Stphylococcus aureus :Hitam,berkilap/licin, cembung,tepi putih dikelilingi zona terang. Cincin gelap dengan zona terang terluhat setelah inkubasi 48jam.
S. epidermidis :Hitam, mengkilap, bentuk tidak tertur, zona gelap mengelilingi koloni setalah inkubasi 24jam.
Foto : Baird Parker yang di tumbuhi bakteri
Yersinnia Selective Agar
Media pertumbuhan selektif untuk Y enterocolitica dan Y pseudituberculosis.
Prinsip :
Mikroorganisme yang mengirin di hambat sebagian besar oleh campuran antibiotic(yersinia selective supplement’CIN”)Kristal violet dan garam empedu.Pertumbuhan yersinia walaupun ditingkatkan oleh piruvat dan nutrient yang tinggi)yersinia menurun kan keberadaaan manithol ke bentuk asam,oleh karena itu koloni berubah warna menjadi merah karena indicator phenol red.
Kandungan:
Pepton dari kasein, pepton dari daging, ekstrak yeas, mannitol, sodiumpirufat, sodium clorida, magnesium sulfat, campuran garam empedu, netral red, cristal violet,agar-agar.
Pembuatan:
Larutkan 58.5 g/Lautoclave, dinginkan sampai suhu 45-50 0C.Tambahkan satu botol kecil CNN ke dalam 500ml media dan campurkan dibawah kondisi sterril,tuangkan dalam plate.

PH 7.4±0.2 pada suhu 25 0C

:santovi
Share:

Ulasan Singkat Mengenai Askariasis

Ulasan Singkat Mengenai Askariasis

Telur Cacing Ascaris Lumbricoides
Askariasis adalah suatu penyakit yang disebabkan infeksi cacing spesies Ascaris lumbricodes. Cacing Ascaris lubricoides hidup dalam usus penderita, dan larvanya dapat dijumpai pada paru-paru sehingga mengganggu fungsi paru-paru

Morfologi
Cacing Dewasa: Mempunyai bentuk dan warna mirip cacing tanah.Cacing jantan panjangnya mencapai 30 cm,pada cacing jantan ujung posteriornya lancip dan melengkung kearah ventral, dilengkapi papil kecil dan 2 buah speculum berukuran 2mm, Sedang Cacing betinapanjangnya mencapai 35 cm posteriornya membulat dan lurus, dan setengah anteriornya terdapat cincin kopulasi.
Telur Cacing: Telur cacing memiliki empat bentuk, yaitu tipe dibuahi (fertilized), tidak dibuahi ( avertilized), matang, dan decorticated. Telur yang dibuahi oval, dinding tebal, terdiri dua lapis (lapisan luar albuminoid dan lapisan dalam jernih), isi telur berupa masa sel telur. Telur yang tidak dibuahi berbentuk lonjong dan lebih panjang dari sel telur yang dibuahi, dan dinding lebih tipis, isi masa granula refraktil.Telur matang berisi larva (embrio). Telur yang decorticated tidak dibuahi, tapi lapisan albuminoid sudah hilang.

Epidemologi
Askariasis banyak diderita penduduk dunia, terutama yang hidup didaerah tropis dan subtropis yang beriklim panas dan sanitasi buruk.
Infeksi askariasis terjadi karena tertelan telur cacing yang infektif yang terdapat dalam makanan ataua minuman yang tercemar tinja.

Diagnosis
Pada infeksi ringan, gejala klinis tidak jelas dan keluhan pendeita tidak khas, berupa nyeri abdomen dan timbul manifestasi alergi.
Pada infeksi berat dapat menimbulkan komplikasi dan gejala yang sesuai seperti Volulus,intususeosi ususobstruksi ususalergi berat.
Pemeriksaan Makroskopis Tinja: Dapat ditemukan adanya cacing Ascaris dewasa yang berbentuk khas , dengan panjang mencapai 30 cm.
Pemeriksaan Mikroskopis Tinja: Ditemukan telur cacingg yang berbentuk khas.
Pemeriksaan Darah : Terjadi Eosinofilia (Eosinofil >4%)

Pengobatan
Menggunakan obat-obat cacing (antelmintik) seperti Mendazol, Pirantel pamoat, Levamizol, Bepheminium hidroksinaftoat, Piperazine sitrat.

Pencegahan
Ascaris lumbricoides termasuk  Soil Transmited Helminth, yang berarti cacing yang dapat ditularkan melalui tanah, sehingga pencegahannya adalah menjaga agar makanan dan minuman tidak tercemar tanah yang mengandung telur cacing. Pembuatan kakus yang benar dapat mencegah terjadinya pencemaran tanah dan reinfeksi.

:santovi
Share:

TITRASI IODOMETRI-PENENTUAN KADAR IODA PADA GARAM DAPUR

PENENTUAN KADAR IODA PADA GARAM DAPUR
III.          Prinsip
Titrasi iodometri (redoksimetri) termasuk dalam titrasi dengan cara tidak langsung, dalam hal ini ion iodide sebagai pereduksi diubah menjadi iodium yang nantinya dititrasi dengan larutan baku Na2S2O3. Cara ini digunakan untuk penentuan oksidator H2O2. Pada oksidator ditambahkan larutan KI dan asam sehingga akan terbentuk iodium yang akan dititrasi dengan Na2S2O3. Sebagai indicator, digunakan larutan kanji. Titik akhir titrasi pada iodometri apabila warna biru telah hilang.
IV.          Dasar Teori
    Titrasi reduksi oksidasi (redoks) adalah suatu penetapan kadar reduktor atau oksidator berdasarkan atas reaksi oksidasi dan reduksi dimana reduktor akan teroksidasi dan oksidator akan tereduksi.
Dasar dari cara iodometri adalah reaksi kesetimbangan dari iodium dan iodide
I2 + 2e         2I- dengan demikian 1 grol I2 = 2 grek.
Titrasi dengan iodometri dapat dibagi menjadi 2 cara :
1.   Cara langsung
     Iodimetri merupakan analisis titrimetri yang secara langsung digunakan untuk zat reduktor atau natrium tiosulfat dengan menggunakan larutan iodin atau dengan penambahan larutan baku berlebihan. Kelebihan iodin dititrasi kembali dengan menggunakan larutan tiosulfat. (Saragih,-)
Reduktor + I2 → 2I-
Na2S2O+ I2 → NaI + Na2S4O6
2.   Cara tidak langsung
     Iodometri adalah analisa titrimetrik yang secara tidak langsung untuk zat yang bersifat oksidator seperti besi III, tembaga II. Zat–zat ini akan mengoksidasi iodida yang ditambahkan membentuk iodin. Iodin yang terbentuk ditentukan dengan menggunakan larutan baku natrium tiosulfat. (Saragih,-)
Oksidator + KI →  I2 + 2e
I2 + Na2S2O→ NaI + Na2S4O6
      Dalam hal ini iodide sebagai perediksi diubah menjadi iodium. Iodium yang terbentuk dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat. Cara iodometri digunakan untuk untuk menentukan zat pengoksidasi, misalnya penentuan zat oksidator H2O2. Pada oksidator ini ditambahkan larutan KI dan asam sehingga akan terbentuk iodium yang kemudian dititrasi dengan Na2S2O3.
Reaksi :
H2O2 + KI + HCl  I2 + KCl + 2H2O 
Pembakuan Larutan Na2S2O3 
     Pembakuan Larutan Na2S2O3 dengan Larutan Baku KIO3, Percobaan ini menggunakan metode titrasi  iodometri yaitu titrasi tidak langsung dimana mula-mula iodium direaksikan dengan iodida berlebih, kemudian iodium yang terjadi dititrasi dengan natrium thiosulfat. Larutan baku yang digunakan untuk standarisasi thiosulfat sendiri adalah KIO3 dan terjadi reaksi:
Oksidator + KI  I2 
I2 + 2Na2S2O3  2NaI + Na2S4O6
     Natrium tiosulfat dapat dengan mudah diperoleh dalam keadaan kemurnian yang tinggi, namun selalu ada saja sedikit ketidakpastian dari kandungan air yang tepat, karena sifat flouresen atau melapuk-lekang dari garam itu dan karena alasan-alasan lainnya. Karena itu, zat ini tidak memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai larutan baku standar primer.

      Pembakuan larutan natrium tiosulfat dapat dapat dilakukan dengan menggunakan kalium iodat, kalium kromat, tembaga dan iod sebagai larutan standar primer, atau dengan kalium permanganat atau serium (IV) sulfat sebagai larutan standar sekundernya. Larutan thiosulfat sebelum digunakan sebagai larutan standar dalam proses iodometri ini harus distandarkan terlebih dahulu oleh kalium iodat yang merupakan standar primer. Larutan kalium iodat ini ditambahkan dengan asam sulfat pekat, warna larutan menjadi bening. Dan setelah ditambahkan dengan kalium iodida, larutan berubah menjadi coklat kehitaman. Fungsi penambahan asam sulfat pekat dalam larutan tersebut adalah memberikan suasana asam, sebab larutan yang terdiri dari kalium iodat dan klium iodida berada dalam kondisi netral atau memiliki keasaman rendah. Reaksinya adalah sebagai berikut :
IO3- + 5I- + 6H+ → 3I2 + 3H2O
     Indikator yang digunakan dalam proses standarisasi ini adalah indikator amilum 0,5%. Penambahan amilum yang dilakukan saat mendekati titik akhir titrasi dimaksudkan agar amilum tidak membungkus iod karena akan menyebabkan amilum sukar dititrasi untuk kembali ke senyawa semula. Proses titrasi harus dilakukan sesegera mungkin, hal ini disebabkan sifat I2 yang mudah menuap. Pada titik akhir titrasi iod yang terikat juga hilang bereaksi dengan titran sehingga warna biru mendadak hilang dan perubahannya sangat jelas. Penggunaan indikator ini untuk memperjelas perubahan warna larutan yang terjadi pada saat titik akhir titrasi. Sensitivitas warnanya tergantung pada pelarut yang digunakan. Kompleks iodium-amilum memiliki kelarutan yang kecil dalam air, sehingga umumnya ditambahkan pada titik akhir titrasi.

V.             Alat dan Bahan
Alat
Bahan
1.      Buret 50 mL
2.      Beaker glass
3.      Neraca analitik
4.      Spatel
5.      Gelas ukur
6.      Labu takar 500 mL
7.      labu takar 250 mL
8.      pipet volume 25 mL
9.      gelas arlogi
10.  batang pengaduk
11.  Erlenmeyer
12.  Pipet ukur 5 mL
13.  Botol tertutup
1.      Na2S2O3
2.      Na2O3
3.      Air suling
4.      I2
5.      KI
6.      H2SO4 2N
7.      Amilum
8.      As2O3
9.      NaOH 1N
10.  Garam dapur
11.  Label
VI.          Cara Kerja
·         Pembuatan Larutan NaS2O3 0,005 N
1.      0,6205 gram NaS2O3 ditimbang dalam gelas arloji pada neraca analitik
2.      Dimasukkan ke dalam gelas beaker kemudian dilarutkan dengan 50 ml aquades dan ditambahkan 10, g Na2CO3.
3.      Larutan diaduk hingga homogen dan dipindahkan ke dalam labu ukur 500 mL.
4.      Larutan lalu diencerkan dengan air suling bebas CO2 sampai volume larutan 500 mL
5.      Simpan dalam botol yang tertutup dan diberi label.
·         Pembuatan Larutan KIO3 0,005 N
1.      0,0891 gram kristal KIOditimbang dengan gelas arloji pada neraca analitik.
2.      Dilarutkan dengan aquades kemudian dipindahkan ke dalam labu takar 500 mL.
3.      Ditambahkan aquades sampai tepat pada tanda 500 mL.
·         Pembuatan Larutan H2SO2N 100 mL
1.      Disiapkan labu ukur 100 mL yang telah diisi aquades + ¾ volumenya.
2.      H2SO4 pekat (36N) dipipet dan dimasukkan ke dalam labu ukur yang telah disiapkan lewat dinding.
3.      Ditambahkan aquades sampai tanda 100 mL kemudian dikocok.
·         Standarisai NaS2O3 0,005 N dengan KIO3 0,005 N
1.      Dipipet 25 mL KIO3 0,005 N dan dimasukkan dalam Erlenmeyer.
2.      Ditambahkan 2 gram KI yang bebas iodat dan 5 mL H2SO4 2N.
3.      Larutan ditirasi dengan Natrium Thiosulfat yang akan ditentukan normalitasnya.
4.      Saat warna kuning hampir menghilang, titrasi dihentikan dan ditambahkan indicator amilum.
5.      Titrasi dilanjutkan sampai warna biru larutan tepat hilang.
6.      Dihitung normalitas NaS2O3.
·         Penentuan Kadar Iodat pada Garam Dapur
1.      Ditimbang 25 gram garam.
2.      Ditambahkan aquades dengan volume 125 mL.
3.      Ditambahkan 2 gram KI yang bebas iodat.
4.      Ditambahkan 5 mL asam sulfat 2N.
5.      Dititrasi dengan larutan Natrium Thiosulfat yang telah diketahui normalitasnya.
6.      Saat warna kuning iodium hampir hilang, titrasi dihentikan dan ditambahkan indicator amilum.
7.      Titrasi dilanjutkan sampai warna biru larutan tepat hilang
8.      Dihitung kadar iodum dalam garam dapur.
VII.       Hasil Pengamatan
Sebelum ditambahkan indicator, larutan KIO3 berwarna bening. Setelah ditambahkan H2SO4, larutan menjadi berwarna kuning. Saat warna kuning hilang, ditambahkan indicator kanji, dan pemberian indicator kanji, larutan menjadi berwarna biru. Setelah warna biru larutan titrat hilang, titrasi dihentikan. Volume titran dicatat sebagai vol. titrasi.
Perhitungan.
Hasil titrasi Na2S2O3 0,005 N dengan KIO3 0,005 N:                        
Vol. titrasi 1 : 25 ml
Vol. titrasi 2 : 25,8 ml
Vol. titrasi 3 : 24,6 ml
Vol. titrasi rata – rata : 25,133 ml
KIO3                 = Na2S2O3
V1 . N1              = V2 . N2
25 ml . 0,005 N = 25,133 ml . N2
0,125                 = 25,133 . N2
N2                     = 0,0049 N
Jadi normalitas dari Na2S2O3 pada titrasi iodometri ini adalah 0,0049 N
sampel
Volume Titrasi (ml)
Kadar Iodium
I
II
II
Rata-rata
I
6,3
6
6
6,1
42,64 ppm
II
0,2
0,4
-
0,3
2,097 ppm
III
1,7
2
1,9
1,87
13,073 ppm

VIII.    Pembahasan
Iodometri adalah analisa titrimetrik yang secara tidak langsung untuk zat yang bersifat oksidator seperti besi III, tembaga II. Zat–zat ini akan mengoksidasi iodida yang ditambahkan membentuk iodium. Iodium yang terbentuk ditentukan dengan menggunakan larutan baku natrium tiosulfat. Cara iodometri dapat digunakan untuk menentukan kadar iodium dalam garam. Pada oksidator/ garam ini ditambahkan larutan KI dan H2SO4 sebagai asam sehingga akan terbentuk iodium yang kemudian dititrasi dengan Na2S2O3 dan dapat ditentukan kadarnya. Namun, sebelumnya, larutan Na2S2Oini harus dibakukan atau distandarisasi terlebih dahulu. Pembakuan larutan natrium tiosulfat dapat dapat dilakukan dengan menggunakan kalium iodat, kalium kromat, tembaga dan iod sebagai larutan standar primer, atau dengan kalium permanganate. Namun pada percobaan ini senyawa yang digunakan dalam proses pembakuan natrium tiosulfat adalah kalium iodat standar. Larutan thiosulfat sebelum digunakan sebagai larutan standar dalam proses iodometri ini harus distandarkan terlebih dahulu oleh kalium iodat yang merupakan standar primer. Larutan kalium iodat ini ditambahkan dengan asam sulfat pekat, warna larutan menjadi bening. Dan setelah ditambahkan dengan kalium iodida, larutan berubah menjadi kuning kecoklatan. Fungsi penambahan asam sulfat pekat dalam larutan tersebut adalah memberikan suasana asam, sebab larutan yang terdiri dari kalium iodat dan klium iodida berada dalam kondisi netral atau memiliki keasaman rendah. Reaksinya adalah sebagai berikut :
IO3- + 5I- + 6H+ → 3I2 + 3H2O 
Untuk senyawa yang memiliki potensial reduksi yang rendah dapat direaksikan secara sempurna dalam suasana asam. Indikator yang digunakan dalam metode ini adalah indikator kanji (amilum) yang dapat membentuk senyawa absorpsi dengan iodium yang dititrasi dengan larutan Natrium Tiosulfat. Penambahan amilum yang dilakukan saat mendekati titik akhir titrasi dimaksudkan agar amilum tidak membungkus iod karena akan menyebabkan amilum sukar dititrasi untuk kembali ke senyawa semula. Proses titrasi harus dilakukan sesegera mungkin, hal ini disebabkan sifat I2 yang mudah menguap. Pada titik akhir titrasi iod yang terikat juga hilang bereaksi dengan titran sehingga warna biru mendadak hilang dan perubahannya sangat jelas.  Titik akhir titrasi iodometri ialah apabila warna biru telah hilang.
IX.          Simpulan
  1. Untuk standarisasi Na2S2O3 dengan larutan KIO3 digunakan titrasi dengan metode iodometri karena Na2S2Odapat dioksidasi oleh KIO3 dengan penambahan KI dan asam sulfat.
  2. Larutan Na2S2O3 digunakan sebanyak 25,133 ml untuk titrasi 25 ml CaCO3. Titik akhir titrasi terjadi saat larutan titrat kehilangan warna biru.
  3. Penentuan kadar iodium dalam garam dilakukan dengan metode iodometri karena iodium akan dihasilkan dari reaksi redoks oleh Na2S2O3. Kadar Iodium garam I adalah 42,64 ppm, garam II adalah 2,097 ppm dan garam III memiliki kadar iodium 13,073 ppm. Sehingga, garam I adalah garam yang memiliki kadar iodium paling banyak.
:santovi
Share:

Definition List

Unordered List

Support